Review Film Marvel Eternals Spolier & Non-Spoiler

Review Film Marvel Eternals Spolier & Non-Spoiler

Film Marvel Eternals adalah salah satu film yang didapuk untuk menjadi babak baru untuk Marvel Cinematic Universe. Selepas film “Avengers: End Game”, para fans Marvel harus dibuat gigit jari karena jeda film Marvel Studios yang hadir di bioskop. Namun, hadirnya serial-serial di Streaming Disney+ membuka agenda besar pada lanjutan kisah dalam jagat Marvel. Serial Loki yang memperkenalkan teori Variant dan Multiverse, buat saya adalah imajinasi dan ide liar yang bisa membuka segala kemungkinan para Hero untuk Crossover. Ditambah lagi film Shang-Chi yang debut dengan gemilang. Membawa hawa baru untuk fase lanjutan pada MCU yang membawa unsur mitologi yang kuat benang merahnya dengan Doctor Strange, Wanda dan Agatha Harkness.

Kini Spotlight tertuju pada film Marvel’s Eternals yang tayang pada 10 November 2021 di bioskop Indonesia. Film yang dapat banyak kritik dan review kurang baik di mancanegara ini membawa unsur kosmik pada kisahnya. Jika Shang-Chi dan kisah yang penuh dengan mitologi memiliki nuansa yang segaris dengan Doctor Strange dan serial Wanda Vision. Marvel’s Eternals saya tempatkan pada kisah-kisah outer space seperti Guardians of the Galaxy, Thor dan Captain Marvel. Namun sayang, film debut para wajah baru MCU ini kurang menggigit. Berikut Review film Marvel’s Eternals baik yang saya bedah secara non-spoiler dan spoiler.

Non-spiler review

Kisah film Marvel’s Eternals diambil dari komik Marvel berjudul sama karangan Jack Kirby pada tahun 1976. Secara garis besar kisah film ini masih mengikuti alur dari komiknya. Hanya saja ada perubahan gender dari beberapa karakter pada filmnya, namun menurut saya ini tidak menjadi sesuatu yang buruk. Karakter Sprite dibawakan dengan sangat baik oleh Lia McHugh. Seperti yang ditampilkan pada trailer, dikisahkan bahwa para Eternals yang terdiri dari 10 mahluk yang menyerupai manusia. Mereka diutus untuk melawan Deviants yang ada di Bumi.

Pada trailer pula Dane Whitman (Kit Harrington) bertanya kepada Sersi (Gemma Chan) mengapa para Eternals tidak membantu melawan Thanos. Sersi pun menjawab bahwa mereka tidak boleh mengintervensi dan semua terjawab pada film ini. Menurut saya skenario kisah film ini cukup meyakinkan penonton, mengapa mereka tidak boleh intervensi sama sekali dengan perseteruan yang melibatkan para Avengers bersatu melawan Thanos. Alurnya cukup dieksekusi dengan baik.

Secara sinematografi, film Marvel’s Eternals tidak perlu diragukan. Walaupun nantinya ketika Kultur Klub menonton di bioskop Indonesia banyak adegan yang disensor. Hal tersebut tidak akan merusak alur cerita utama film ini. Dialog-dialog dalam film ini juga cukup menggelitik. Apalagi hadirnya karakter bernama Karun, asisten salah satu Eternal.

Kebesaran Marvel Studios secara sinematik dengan kisah-kisah apik dalam jagat yang sama dengan film-fim sebelumnya, tidak menjadikan film ini bagus di mata saya. Film Marvel’s Eternals kurang mampu mengirimkan pesan cerita yang membuat saya merasakan konflik atau problema pada tiap karakter. Ikatan yang dibuat untuk penonton terasa hambar. Tidak adanya percikan yang dapat menggiring hasrat penasaran penonton untuk mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya. Cerita film ini juga mudah sekali terlupakan karena tidak adanya momen yang kuat.

Jika saya analogikan, layaknya sebuah wahana di taman bermain. Film The Eternals seperti menaiki Carousel Kuda-kudaan. Alurnya konstan naik dan turunnya, namun tetap bisa dinikmati. Walaupun tidak seperti wahana roller coaster yang penuh dengan kejutan, Saya tetap merekomendasikan film ini untuk Kultur Klub tonton. Banyak hal yang cukup penting untuk disaksikan dalam gambaran besar fase terbaru MCU. Terlebih lagi Post-credit scene dan End credit scene nya. Saya sarankan untuk masuk ke bioskop tanpa harus berekspektasi tinggi-tinggi.

Spoiler review

Ketika saya datang ke bioskop untuk menonton film ini, saya membawa ekspektasi yang cukup tinggi. Kritik-kritik yang dibuat oleh para jurnalis, penonton dan kritikus tidak mampu membendung harapan dan gairah saya pada Marvel’s Eternals. Tuduhan “agenda politik” akan karakter Phastos (Brian Tyree Henry) yang keluar sebagai seorang Gay pun tidak jadi masalah sama sekali.

Bagaimana tidak membawa ekspektasi tinggi ketika menonton film ini. The Eternals menampilkan deretan aktor yang luar biasa dengan Sutradara kenamaan Chloé Zhao yang baru saja meraih banyak penghargaan termasuk Oscar untuk film “Nomadland”. Ditambah lagi Ramin Djawadi yang dikenal ikonik dalam musik-musik Game of Thrones, ditunjuk untuk mengisi scoring film ini. Jelas, Marvel’s Eternals adalah projek yang cukup ambisius untuk Marvel Studios. Lalu apa yang membuat film ini kurang menggigit? Saya akan coba membedah sedikit dari sudut pandang saya.

Diceritakan Eternals adalah mahluk yang diciptakan Celestial untuk menjaga manusia dari para Deviants. Seiring berjalannya waktu, kini manusia memiliki konflik satu sama lain. Saling bunuh dan saling merampas. Mereka tidak boleh mengintervensi karena itu dinilai menghancurkan berkembangnya kehidupan manusia. Konflik pun terjadi dalam internal para Eternals karena perbedaan pendapat. Akhirnya mereka pisah jalan. Dari adegan tersebut ada dua karakter yang memiliki kisah menarik, yang pertama yaitu Druig (Barry Keoghan) yang tidak ingin manusia berseteru karena ia memiliki kekuatan untuk mengontrol pikiran orang agar tetap damai. Kemudian Thena (Angelina Jolie) sang dewi perang yang mengidap virus Mahd Wy’ry. Sayangnya, kedua karakter tersebut menurut saya tidak diolah kisahnya lebih dalam.

Setelah berabad-abad, dikisahkan Eternals berkumpul kembali untuk menghadapi Deviants. Akan tetapi film ini terlalu sentris kepada kisah Sersi dan menimbulkan ketidakseimbangan dengan karakter lainnya. Pada awal cerita Sersi sangat amat menarik. Dikarenakan adanya karakter-karakter yang lainnya, kisah Sersi sebagai karakter utama kurang dibungkus dengan baik. Sampai saat ini saya masih dibuat bingung tentang bagaimana kekuatan Sersi yang tiba-tiba bisa “Awakening” kekuatannya.

Jika Kultur Klub membaca komik Marvel’s Eternals, Ikaris (Richard Madden) adalah pemimpin dan paling kuat diantara Eternals lainnya. Film ini juga mencoba memotret hal tersebut, namun kurangnya screen-time untuknya, saya kurang diyakinkan tentang betapa kuatnya Ikaris. Dirinya baru tampil melancarkan aksi ketika melawan Deviants yang sudah bermutasi. Ia justru terlihat kewalahan.

Begitu juga karakter Gilgamesh (Don Lee) yang dikisahkan tewas di tangan Deviants. Terlihat film ini mencoba untuk memperlihatkan betapa baiknya dan lembutnya Gilgamesh. Kepeduliannya menjaga Thena ketika terkena virus, tidak juga membuat saya terkejut atau simpati ketika ia tewas. Sekali lagi, menurut saya, kurangnya percikan dalam setiap adegan yang bisa membuat penonton terikat atensinya pada karakter yang menurut saya membuat film ini kurang membuat greget. Puncaknya adalah pada karakter Makkari (Lauren Ridloff) yang ditemukan ternyata sedang diam-diam saja di kapal Eternals setelah berabad-abad. Parah.

Pada akhir adegan dikisahkan para Eternals yang menetap di Bumi berakhir diculik oleh sang Celestial. Ini dikarenakan mereka tidak mematuhi perintah dan menidurkan Celestial yang akan lahir dari planet Bumi. Ending tersebut menurut saya sangat anti-klimaks. Post credit-scene yang menampilkan Harry Styles sebagai Eros (Starfox) cukup mengobati hal tersebut. Favorit saya adalah End credit scene menampilkan Dane Whitman yang mencoba mengangkat “Ebony Sword”. Seketika adegan kecil itu mampu membuat atensi saya kembali naik. Pada momen itu, saya lebih penasaran dengan apa yang akan terjadi pada kisah Dane Whitman ketimbang lanjutan dari Marvel’s Eternals.

Kesimpulan

Memang tidak mudah untuk membungkus kisah film dengan jumlah karakter yang cukup banyak. Ditambah lagi kisah origin Eternals ini harus menjelaskan asal-usulnya terlebih dahulu. Tipisnya irisan dengan kisah film MCU lainnya juga menjadi salah satu alasan mengapa film ini agak terasa asing. Ekspektasi tinggi para penonton (Termasuk saya) juga boleh jadi mempengaruhi fokus dalam menikmati film ini. Namun jika diingat, James Gunn sukses memperkenalkan Guardians of the Galaxy dengan formula mirip dan kisah yang cukup sentris pada Star-Lord. Jika Thor: The Dark World adalah film MCU yang paling kurang bagus, Saya menempatkan Marvel’s Eternals sedikit lebih baik dari film tersebut.